Blog khusus penikmat artikel panas cerita sex, cerita dewasa & foto bugil maupun gambar cewek ngentot!

Bursa Cerita Sex: Susi Dan Veny

Bursa Cerita Sex: Susi Dan Veny
Bursa Cerita Sex: Susi Dan Veny

Kali ini aku ingin bercerita tentang Susi dan Veny. Susi itu memang lesbian, dan Veny tahu itu. Entah bodoh atau stupid, Veny mau saja ketika diseret ke permainan yg dangerous itu. Lebih lengkapnya, simak dan serapi Horny Story berikut.



Singkat cerita, Veny mendekap mukanya dgn tangis yg menjadi. Susi yg berada di sampingnya terbengong mendapati tingkah temannya itu. Dgn lembut diusapnya rambut Veny.



“Veny, kamu kenapa sih? Kok nangis. Please dong aku kan bingung.” tanya Susi.

“Sorry ya Sus, aku sudah bikin kamu bingung. Habisnya aku nggak tahu harus gimana lagi.” jawab Veny masih bersimbah air mata.

“Nggak pa pa, tp kamu cerita dong biar aku bisa ngerti.”



Veny mendongak memandang Susi yg tersenyum lembut. Mata gadis yg lebih tua tiga tahun dari Veny itu memancarkan sikap lembut yg pengertian. Tak tahan, Veny segera memeluk Susi. Deg! Susi terkejut. Jantungnya berdesir ketika dada mereka saling bersentuhan. Pikiran Susi terbang ke..

“Ups, aku nggak boleh berpikiran macam-macam. Waktunya nggak tepat.” batin Susi membuang jauh-jauh pikiran kotornya. Dibelainya pungung Veny perlahan.

“Candra! Candra Sus,”

“Candra pacarmu itu? Kenapa Candra?”

“Candra selingkuh. Hu.. hu..” tangis Veny kembali pecah.

“Yah.. sudahlah, aku ngerti perasaanmu. Cobalah tenang.” kata Susi melepaskan pelukannya. Dia merasa bisa terhanyut jika kelamaan berpelukan selama itu.

“Lalu, apa yg bisa kubantu Veny?”

“Boleh aku tidur di sini semalam ini saja?”

“Loh, kenapa?”

“Aku yakin Candra akan datang ke rumah. Aku benci ketemu dia, boleh yah?”

“Tp, orang tuamu gimana?”

“Aku bisa ngomong ke mereka. Lagian mana mereka peduli aku tidur di mana. Mereka kan sok sibuk!”

“Ya sudahlah, asal kamu tahu kalau kamarku cuman segini. Apalagi jauh dari rumah induk, kamu nggak takut kan?”

“Kok takut sih, aku malah bisa tenangkan diri di sini.”

“Ah kamu, sok cerpenis.” kata Susi mencubit hidung bangir Veny.



Diam-diam Susi mengagumi sosok gadis di depannya itu. Matanya bulat bening, rambutnya keriting menghiasi wajahnya yg bundar. Hidungnya mancung dan bibirnya sedikit tebal menggemaskan.



Tubuhnya tdk gemuk, tp memiliki pipi yg tembem. Susi mendesah kesal pada Candra yg berani-beraninya menghianati Veny yg menarik. Andaikan Susi bisa menggantikan Candra di hati Veny, ahh..



“Sus, bisa nggak aku pinjam bajumu. Aku nggak bawa baju ganti nih.” ujar Veny mengagetkan lamunan Susi.

“Eh, iya ada.”



Susi segera mengambilkan sepasang babidolnya untuk Veny. Veny menerimanya lalu segera berganti baju.

“Jangan ngintip ya?” canda Veny.



Susi tertawa lalu membalikkan tubuh. Tp ternyata Susi berbalik justru tepat di depan kaca, sehingga apa yg terjadi di belakang Susi pasti dapat jelas terlihat. Begitulah, dgn mudah dan jelas Susi bisa melihat tubuh Veny tanpa baju. Veny tak tahu bahwa tubuh sekalnya, paha mulusnya, bokong padatnya dinikmati oleh mata Susi.



Dan dgn mudah dan tepat pula Susi dapat memperkirakan pasti ukuran dada berlapis bra tipis Veny adalah 34. Hanya sayg Susi tak bisa melihat Veny dlm kondisi naked.
Susi berpura-pura merem ketika Veny mengakhiri aktivitas ganti bajunya.



“Sdh belum?” teriak Susi

“Iya, iya, sdh. Kamu ini kayak main petak umpet saja.” jawab Veny tertawa-tawa.

“Eh iya, nanti aku tidur seranjang sama kamu ya?”

“Iya, memangnya kenapa?” jawab Susi.

“Nggak pa pa kok.”

“Atau kamu saja yg di ranjang, biar aku tidur di lantai saja.”

“Nggak usah deh, aku yg numpang kok kamu yg susah?”

“Nggak pa pa, kebetulan aku punya kasur lipat.”

“Ayo deh, kita tidur sekasur saja.” kata Veny menarik tubuh Susi ke ranjang.

“Iya deh, tp aku harus ganti baju dulu.”



Susi segera bangkit dan berganti baju di kamar itu, seperti yg dilakukan Veny. Tp Susi tak menyuruh Veny membalikkan badan, begitupun Veny tdk berniat memalingkan pandangan. Sehingga Veny pun tahu lekuk tubuh Susi yg biasanya terbalut kaos.



“Aku nggak terbiasa memakai bra kalau di rumah, kecuali kalau ada tamu. Apa kamu keberatan Veny?” tanya Susi yg memakai daster tipis warna ungu muda.

“Ini kan rumah kamu Suss, kamu berhak ngapain aja. Aku rasa aku nggak keberatan.” jawab Veny dgn senyum.



Lalu keduanya pun berbaring di ranjang. Tdk lama Veny sdh terlelap. Tp Susi, dia tak bisa memejamkan mata. SeVenyp kali matanya terpejam, wajah cantik Veny membayang di matanya. Tubuh gemulai Veny menari-nari di pikirannya.



Nalurinya kembali berontak. Menginginkan secawan anggur kebahagiaan dari Veny. Perlahan Susi terduduk. Dipandanginya wajah Veny yg terlelap. Jantung Susi berdegup kencang. Rasa takutnya terkalahkan oleh nafsunya yg mulai memburu. Perlahan Susi menundukkan kepalanya. Cup, diciumnya pipi Veny sekilas.



Ah, gadis itu tak terganggu sedikitpun. Sekali lagi diciumnya pipi Veny, lalu hidungnya yg bangir. Semakin berani Susi, dikecupnya bibir Veny sekali. Hangat. Lalu dicobanya sekali lagi. Tp belum sampai bibir Susi menempel di bibir Veny, Veny membuka pelupuk matanya.



“Ven?” tanya Susi gemetar.

“Kamu belum tidur?”



Langsung Susi kembali merebahkan dirinya di samping Veny dgn takut.



“Sorry, aku.. ehm.. gimana ya? Sorry deh..”



Veny bangkit dari tidurnya sambil berkata, “Kenapa nggak kamu terusin?”



“Maksud kamu?” tanya Susi yg segera terduduk.



Veny mendekatkan wajahnya pada Susi. Dekat, dekat sekali. Kemudian dikecupnya bibir Susi dan berharap akan mendapat sambutan yg hangat. Susi yg sdh dirundung mabuk kepayang membalas kecupan Veny dgn ciuman yg panas.



Lidah Susi menyusuri bibir tebal Veny yg basah lalu bibir tipis Susi bergerak melumat bibir Veny yg belum terbiasa dgn perlakuan itu. Mata Veny terpejam meresapi setiap lumatan Susi yg memabukkan. Kemudian dicobanya membalas setiap lumatan itu dgn perlakuan yg sama.



Veny mencoba mengimbangi gerak lidah Susi yg menggelitik di rongga atasnya. Nafas-nafas mereka saling memburu. Desahan-desahan kecil mengalun membentuk suatu rangsangan tersendiri.



Antara sadar dan tak sadar Susi melucuti babidol yg dipakai Veny, hingga tinggal underwearnya saja yg melekat. Venypun dgn segera menarik daster Susi yg kemudian meninggalkan tubuh langsing yg tak ber-BH. Kemudian Susi mendorong tubuh Veny hingga terbaring.



Kepala Veny mendongak-dongak bagai kesetanan ketika lidah Susi menyapu inchi demi inchi kulit lehernya. Gerakan Veny semakin menggila merasakan setiap gesekan jemari Susi dgn kulit tubuhnya. Susi bagai ingin menguliti seluruh tubuh Veny dgn sejuta rangsangan yg membuatnya melambung.



“Suusss.. kamu gila.. euchh..” desah Veny menggeliat.

“Aku akan menghiburmu sayang..”



Susi meneruskan aksinya. Namun lidahnya berhenti ketika sampai pada dua buah bukit kembar yg tersangkut di kain tipis merah jambu. Ditariknya BH merah jambu itu ke bawah hingga kedua bukit indah yg tak terlalu tinggi itu menyembul dgn malu-malu. Kedua bukit kembar itu nampak bengkak karena merangsang.



“Tetekmu ini indah sayang..” ujar Susi sambil membelai keduanya.

“Tp.. tak sebanding dgn milikmu..” sahut Veny ganti membelai tetek Susi yg menggantung didadanya.



Milik Susi memang lebih menarik. Ukuran 36B dgn kemontokan yg luar biasa. Putih kulitnya dan ditumbuhi dgn bulu-bulu kecil yg halus. apalagi dihiasi dgn puting-puting yg merah merona mendongak bagai menantang setiap mata yg memandangnya.



Tp malam itu Susi lebih menyukai tetek Veny. Ukurannya memang hanya 34, tp nampaknya jarang terjamah tangan-tangan lain. Susi terhanyut oleh belaian tangan Veny pada kedua toketnya yg menggantung bebas. Kemudian disempurnakannya rasa nikmat itu dgn remasan-remasan pada kedua gunung kembar Veny.



Diremasnya kedua gumpalan daging itu lalu menggoyangnya sekehendak hati. Veny bergelinjangan hingga tanpa sadar tali pengait BHnya terlepas lalu dgn sekali tarik disingkirkannya penutup dadanya yg kemudian terlempar ke atas meja. Maka dgn bebasnya Susi makin menggila mempermainkan kedua bukit bengkak itu.



“Ohh.. Susi.. kamu betul-betul uuach..” jerit Veny

“Aku bisa bikin kamu lebih uaach lagi say..” jawab Susi sambil menarik-narik CD Veny.



Veny yg sdh terbawa permainan itu turut menarik-narik CDnya hingga terjatuh di lantai, kemudian ditariknya pula CD Susi hingga kedua-duanya bugil total. Susi tengkurap tepat diatas tubuh Veny. Tinggi mereka yg berbeda tipis membuat keduanya menempel bagai kembar siam.



Toket mereka saling berimpit, demikianpun kedua lubang memek mereka. Sedangkan bibir mereka kembali saling melumat satu sama lain. Perlahan tubuh mereka saling menggoyang seirama. Pinggul mereka bergerak naik turun hingga menimbulkan gerakan yg eksotis sekali.



Gesekan demi gesekan bagai makin memacu nafas-nafas mereka. Bau keringat serta lendir kenikmatan mereka membaur manambah stamina mereka untuk terus berpacu. Desahan demi desahan bagai menjadi bunyi-bunyian yg terasa indah dan nikmat.



Tiba-tiba ciuman Susi menurun menjelajahi leher Veny dan terus menurun hingga sampai di sekitar dada. Kemudian dikulumnya toket Veny yg sdh padat benar itu.



“Uaach..” pekik Veny kegelian.



Sedotan demi sedotan bibir Susi membuat toket Veny serasa meledak. Rasa nikmat itu membuat Veny tak rela melepaskan Susi. Spontan refleksnya bekerja, kakinya menyilang mengunci tubuh Susi yg dlm posisi menungging. Tangan Veny berpegangan pada sprei kasur yg sdh awut-awutan.



“Ahh.. Sssuu…sss..” teriak Veny ketika Susi mengganyang puting toketnya.



Rasa sakit yg nikmat itu membuatnya terduduk. Susi tak memperdulikan erangan Veny, diapun terus saja melahap daging kecil yg menempel di kedua gunung kembar Veny bergantian dgn jemarinya yg memelintir puting satunya ke kanan dan kekiri.



Veny yg bagai melayg diawang-awang berpegangan pada kedua bokong Susi yg masih menungging. Diremas-remasnya kedua bokong kenyal itu hingga membuat Susi menggeliat-geliat. Jemari Veny semakin lincah meremas pantat Susi hingga kemudian jemari itu menyusuri lipatan-lipatan disekitarnya.



“Teruus Veny.. iyaa.. terus.. achh..” desah Susi.



Venypun menyusuri lipatan sempit itu hingga menemukan bagian tersensitif Susi. Tp Veny tak berani berbuat jauh, hinga diapun hanya mengelus-elusnya saja berulang-ulang. Sebenarnya Susi tak puas tp elusan Veny terhadap pusat terlarangnya membuat Susi merasa terangsang yg menjadi-jadi. Segera digapainya sebatang dildo vibrator di balik kasurnya lalu diserahkannya pada Veny.



“Masukkan Venn…nnyy. sayg.. ayo cepat.. aku nggak tahan say..” rengek Susi.



Veny memasukkan kepala dildo tepat di lubang kenikmatan Susi. Jleb. Dildo itu dapat menembus lubang kenikmatan Susi dgn mudah.



“Ooooch..” rintih Susi sesaat.

“Tekan tombol satu, Veny..” Veny menurutinya hinga dildo itu bergetar tak begitu cepat.

“Oooochh.. oooohh.. mmmphhhh..” erang Susi merasakan getaran dildo yg mengocok lubang kenikmatannya.



Veny menambah kecepatannya pada level tiga hingga tubuh keduanya menghentak-hentak nikmat.



“Oooocchhhh.. aku mau keluar..” jerit Susi di pucuk-pucuk kenikmatannya.



Ketika Susi mulai melemas, Veny segera mengambil tindakan menubruknya, lalu memburu tetek Susi dan mengganyang keduanya bergantian. Birahi Susi yg kembali membara segera membalas perlakuan Veny. Dibaliknya tubuh Veny hingga kembali terkapar.



Tp Susi tak lagi memburu kedua toket Veny yg menggantung bersimbah keringat melainkan kewanitaan Veny yg segar bersimbah lendir kenikmatannya. segera dicengkeramnya daging gemuk di pangkal selangkangan Veny itu, kemudian diseruduknya dgn lidahnya yg menari-nari menjilati setiap tetes lendir kental yg berasal dari lubang kemaluan Veny.



“Uuhh.. Sus.. enak bangeet..” erang Veny mengerang keasyikan.



Setelah tandas lidah Susi menjelajahi setiap jengkal dinding-dinging lubang memek Veny yg merah dan kenyal. Klitoris Veny seakan menegang ketika lidah Susi dgn lincah menjilatinya dan suurr.. kembali lubang kenikmatan Veny membanjir. Lidah Susi kembali menyapu bersih lubang itu.



“Yamm.. ehmm.. nikmat banget.. sruup..” disedotnya lubang itu hingga Veny memekik tertahan.

“Ooch.. Sus aku nggak kuat lagi Suusss..”

“Iya sebentar sayaang..”



Susi kembali mengapai dildo kebanggaannya. Ditusukkannya dildo itu pada lubang kenikmatan Veny.

“Mmppphhhh..”Veny mengedan hingga ujung dildo itu kesulitan masuk ke dlm lubang yg masih sangat sempit itu.

“Enjoy saja say.. nggak sakit kok” kata Susi terus mendorong ujung dildo.



Perlahan-lahan ujug dildo itu membenam ke dlm lubang kenikmatan Veny. Veny meringis merasakan sakit yg luar biasa.



“Mmppphhh.. sakit Suuss….”

“Tenanglah say.. nanti juga nggak lagi”



Ujung dildo itu benar-benar membenam hingga jauh masuk ke dlm lorong yg belum terjamah itu, menembus selaput dara Veny hingga jebol.



“Oooocchh..!” teriak Veny kesakitan.



Setelah mendiamkannya beberapa saat, Susi mengoyang dildo itu masuk keluar berulang-ulang. Darah perawan Veny menodai ujung dildo hingga sejauh tiga centi. Rasa sakit yg dirasakan Veny berangsur-angsur berganti rasa nikmat yg luar biasa.



Susi segera menekan tombol satu. Suara desingan halus dildo berbaur dgn erangan Veny merasakan getaran otomatis dari dildo yg terasa nikmat banget. Susi menuntun tangan Veny agar meremas-remas toketnya, sedangkan jemari Susi kembali meremas-remas toket Veny yg penuh dgn bekas cipokan Susi.



Mereka terengah-engah ditengah malam itu. Tp semuanya berlanjut seperti tanpa akhir. Dan setelah malam itu, Susi menggantikan Candra di hati Veny.

Share :

Facebook Twitter Google+
Back To Top